Jumat, 10 November 2017

Ini Alasan Kenapa Kampus Putih IDIA Selalu Ada di Hati Para Alumninya


Kuliah adalah pengembaraan intelektual pertama yang sangat menentukan. Karena itulah sebagian besar orang dengan sangat hati-hati memilih kampus sebagai pengembaraan pertama baginya.

Sederet kampus elit mulai dilirik, ada yang melihat dari konstruk bangunan fisiknya,  ada yang melihat dari atmosfer kota dan para penghuninya sebagian yang sangat kaku dan normatif melihat status formal legalitasnya. Seluruh pandangan tersebut tidak salah,  bahkan memang menjadi suatu keharusan bagi setiap calon mahasiswa dalam mempertimbangkan pilihannya. Toh hidup hanya sekali,  maka hiduplah dengan pilihan yang tepat.

Alumni TMI (Tarbiyatul Mu'allimien Al-Islamiyah) yang mengabdi di dalam pondok tidak sempat memikirkan pertimbangan tersebut. Mereka langsung dihadapkan menjadi calon-calon orang tua yang dimintai tanggung jawab untuk ikut serta mendidik adik-adiknya di TMI.

Sebagian ada yang menjadi Wali Kelas,  Musyrifu Sakan, Muroqib Konsulat,  penanggung jawab di beberapa biro yayasan di lingkungan Pond. Pest.  Al-Amien Prenduan. Semua berjalan seperti tidak ada kekhawatiran suatu apapun terhadap amanah besar yang dipercayakan kepada kelompok remaja yang baru saja menyelesaikan pendidikan menengah setara dengan SMA/Aliyah.

Sunah pondok itu telah berjalan sejak berdirinya Al-Amien hingga saat ini. Remaja dalam kategori ABG itu "disulap" menjadi orang dewasa sebelum umurnya. Begitu sangat berat dan tentu juga dengan resiko yang sangat besar.

Namun selama puluhan tahun Al-Amien terus beranjak besar dan terus berkembang dengan pola tersebut. Semua upaya tersebut nyaris sama hasilnya dengan hasil kerja para profesional di bidangnya.

Banyak orang tidak percaya,  bahwa proses pendidikan santri di lapangan di lingkungan Al-Amien sebagian besar digerakkan oleh para pemuda di bawah umur 25 tahun. Percaya atau tidak,  itulah yang terjadi.

Semua keajaiban tersebut tentu dimulai dengan suatu keikhlasan dan keisqamahan para kiyai,  asatidz dan seluruh komponen pendidikan di lingkungan Al-Amien. Sebagai konsekuensinya,  para santri yang didik tumbuh dan berkembang dengan baik,  menjadi kader yang selalu siap siaga kapan dan dimanapun dibutuhkan.

Terkait dengan animo untuk memilih kampus elit dan prestesius bagi para alumni Al-Amien bukan pilihan utama.  Namun yang lebih penting dari itu adalah pengabdian.

Menerima atau tidak,  memilih atau tidak memilih,  kampus IDIA (Institut Dirasah Islamiyah Al-Amien)  adalah tempat mengawali pengembaraan intelektual di sela-sela pengabdian. Situasi yang seperti itulah yang membuat para asatidz selalu merindukan kampus putih itu.

Bagi para alumni TMI maupun lembaga lainnya yang perna mengabdi di dalam,  kampus putih IDIA al-Amien itu tentu tetap selalu di hati. Kami semua bangga pernah menjadi bagian dari kampus putih itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar