Selasa, 22 Agustus 2017

Seruput Kopi Pagi Di Pontianak

Ngopi pagi adalah tradisi tidak tertulis masyarakat Pontianak. Emperan ruko di sepanjang ruas jalan menjadi tempat favorit untuk sekadar nongkrong, melepas matahari meninggi melepas sengatannya. Barulah kemudian satu persatu penikmat kopi itu beranjak dan menuju tempat kerjanya masing-masing.

Lalu apa nikmatnya sih ngopi, dan apa rasanya kalau tidak ngopi. Bagi Anda yang tidak merasakan atmosfer Kota Pontianak akan sulit menjawab pertanyaan tersebut, bahkan mungkin tidak terlalu penting merenungkan fenomena kopi tersebut. Namun bagi warga Pontianak, walau juga tidak sampai pada tingkat penting, minimal meraka pasti mempunyai alasan kenapa kemudian ngopi menjadi bagian dari tradisi.

Sulit untuk menjelaskan suatu prilaku yang telah terkonfersi menjadi tradisi. Historisitas yang panjang dan kebiasaan yang telah berlangsung lama tanpa suatu permulaan menjadi alasan yang memungkinkan kenapa kemudian tradisi ngopi ini sulit didekati secara historis.

Mungkin yang dapat dijelaskan adalah apa yang terjadi saat ini saja. Secara sosiologis bahwa tradisi ngopi adalah serupa dengan kemasan relasi antar strata sosial. Hal dapat dilihat dari komposisi para penikmat kopi yang datang dari berbagai strata. Bahkan, seorang kepala daerah juga tidak lepas dari tradisi ngopi. 

Tradisi ngopi seakan menjadi kwmasan sosial yang paling elastis. Banyak persoalan yang dapat diselesaikan dengan ngopi. Sehingga banyak birokrat yang mengalami penat di kantor dapat saja selesai di warung kopi.

Tidak hanya itu, problem konflik yang samgat sensitif sekalipun dapat saja menjadi cair dengan ngopi. Anak muda yang sedang bersetegang dengan pasangannya juga memilih ngopi sebagai media penyelesaian. 

Demikianlah tradisi ngopi itu cukup memberikan pengaruh pada berbagai segmentasi kehidupan masyarakat Pontianak. Bisa saja mungkin anda seorang pakar tentang suatu keilmuan, namun tidak akan berarti apa-apa jika anda tidak bisa ngopi. Maka ngopi dan warkop menjadi lebih penting dari kompetensi apapun, percaya atau tidak, itulah faktanya. Anda percaya..??

Tidak ada komentar:

Posting Komentar