Senin, 13 November 2017

PUSPAGATRA Landmark dan Simbol Kebangkitan Seni Dan Intelektual Santri Al-Amien Putra


Mungkin Anda pernah melihat corat-coret tidak menentu (grafiti ngawur)  pada dinding,  meja atau apapun yang tidak semestinya ada coretannya. Pada tahun "90 hingga 2000-an hal tersebut juga banyak ditemui di Al-Amien.

Beberapa kali harus ada penertiban yang dilakukan oleh pihak akademik serta memberikan sanksi bagi setiap santri yang mejanya dicorat-coret dengan ballpoint dan Type X (semacam alat penghapus tinta ballpoint), angakatn senior pasti mengerti tentang barang yang satu ini.

Sementara bagian keamanan juga bergerak merazia setiap sudut pondok dan menindak tegas santri yang mencoba memberikan tanda eksistensinya lewat coretan di dinding. Suasana semakin mencekam mengenai grafiti ngawur tersebut.

Pada suatu saat almarhum KH.Muhammad Idris Jauhari juga mengeluarkan peringatannya mengenai kebiasaan buruk corat coret tersebut. Namun demikian, namanya santri dengan kondisi psikologis yang tidak jauh berbeda dengan remaja pada umumnya saat itu. Kebiasaan corat coret tetap berjalan diam-diam.

Memasuki tahun 2002, pimpinan pondok almarhum KH. Moh. Tidjani Djauhari dan seluruh majelis kiyai berupaya menyalurkan kebiasaan tersebut pada suatu media yang dapat dipantau dan diarahkan,  bahkan juga samapai pada pengembangan. Kira-kira akhir dari tahun 2002 dibangunlah suatu gedung yang berada persis dibtengah-tengah dan sebagai pemisah marhalah 'Aliyah dan Tsanawiyah TMI Putra.

Gedung tersebut cukup mudah didapati oleh siapapun yang berkunjung ke kampus 2 Al-Amien Putra. Bahkan saat ini menjadi salah satu landmark dari kampus 2 itu sendiri. Beberapa tiang kokoh dan menjulang,  hampir mirip-mirip dengan bangunan ala Eropa terlihat cukup menarik dan layak dibuat obyek penyuka swafoto.

Gedung itu kemudian diberi nama puspagatra (Pusat Pengembangan Gagasan dan Kreatifitas Santri Putra). Mulai saat itulah berbagai macam hasil karya seni dapat dengan mudah ditempelkan di dinding ataupun langsung dipamerkan di kedua belah sayap dari Puspagtra tersebut.

Bagi para santri yang memiliki hoby drama dan seni pementasan lainnya,  gedung Puspagatra juga dapat digunakan sebagai stage untuk unjuk kebolehan mereka. Penggunaan Puspagatra diatur oleh bagian kesenian ISMI (Ikatan Santri TMI). Biasanya seni yang berbentuk pementasan diadakan maksimal 2 kali dalam seminggu.

Adanya Puspagatra tidak hanya mengurangi kebiasaan corat coret, bahkan menjadikan wajah kampus 2 Al-Amien Putra semakin dinamis. Mereka yang hobi pada kajian dan dunia jurnalistik juga dapat menggelar karya tulisnya lewat majalah dinding yang dapar langsung ditempel di dinding sayap Puspagatra.

Salah satu yang cukup menarik perhatian di awal berdirinya Puspagatra,  bermunculan publikasinya santri dari berbagai latar pemikiran. Sekilas ada yang beraliran kanan dan kiri. Keduanya hadir memberi warna baru setelah warna sastera yang jauh lebih awal dan berkembang sebelumnya.

Perang dingin, opini dan isu hangat menjadi menu bacaan santri putra waktu itu.  Bahkan para asatidz tidak jarang diam-diam juga ikut meramaikan. Sungguh suatu atmosfer positif yang sejatinya perlu terus dijaga.

Bagi alumni angkatan 2003 mungkin hingga sekarang, Puspagatra adalah simbol kebangkitan seni dan intelektual santri Al-Amien Putra 2. Suatu ide brilian dari para Kiyai untuk membangun wadah kreatifitas corat coret yang semula dianggap merusak,  namun apabila diwadahi dengan baik justru menjadi titik tolak dari keamjuan santri dan Al-Amien.

Begitulah Al-Amien mengasah, mengasih dan mengasuh santrinya. Selalu ada ide segar bagi santrinya. Kami semua,  Indonesia bangga dengan Al-Amien.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar