Harga per potong sungguh sangat terjangkau, tidak lebih dari Rp 1000. Tidak salah jika tongkrongannya selalu disesaki oleh para pembeli, khususnya mereka masyarakat kelas bawah.
Beberpa orang sering termakan isu kesehatan yang tidak jelas asal usulnya. Kolestrol dan unsur penyakit lainnya kerap dialamatkan pada makanan super merakyat itu.
Bukan orang Indonesia namanya jika tidak berani keluar dari segmentasi pemahaman normatif. Kandungan kolestrol pada makanan berminyak itupun tidak dihiraukannya. Justru gorengan tetap menjadi pilihan tidak tergantikan di tengah keroncongnya perut dan tipisnya isi saku.
Rasanya yang gurih, manis dan ada yang asam pada beberapa varian gorengan menjadi aneka rasa yang menggoyang lidah. Tidak jarang banyak yang ketagihan dengan gorengan, termasuk mereka yang sering nyinyir.
Menyenangkan dan mengenyangkan adalah kesan yang tidak bisa dipisahkan dari gorengan. Sehat menjadi urusan terkahir, jika hidup saja tidak bisa. Gorengan menjadi pilihan untuk hidup walau mungkin bisa saja tidak sehat. Mari kita lestarikan makanan merakyat ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar