Minggu, 24 Februari 2019

Relasi Dzikir dan Kualitas Kemanusiaan


Dzikir adalah inti dari penghambaan. Secara etimologis dzikir bermakna mengingat. Berikutnya, makna dzikir digunakan secara etimologis sebagai sebuah rangkaian upaya yang dilakukan oleh seorang hamba agar selalu terhubung kepada Allah.

Dalam al-Quran disebutkan, fadzkuruni adzkurkum (ingatlah kepadaku, maka akan aku ingat kamu). Ayat tersebut erat kaitannya dengan persoalan dzikir, dimana fungsi dzikir adalah menjaga keterhubungan yang saling menguatkan antara hamba dengan Tuhannya. Begitu seorang hamba mengingat Allah, maka Allah akan membalas dengan mengingat hamba tersebut, begitu juga berlaku sebaliknya.

Pada pemahaman berikutnya, mengingat Allah (dzikrullah), semestinya adalah proses yang terus berjalan tanpa henti sepanjang hayat kehidupan manusia. Karena konsekuensi dari melupakan Allah akan berakibat pada ketidak-hirauan Allah terhadap  manusia. Persoalan tidak dihiraukan Tuhan adalah persoalan yang serius, dapat menggagalkan fungsi indenitas kemanusiaan.

Dzikir itu ibarat hubungan sinyal dengan HP. Tanpa sinyal maka fungsi HP sama dengan sekadar HP mainan, tidak dapat digunakan untuk berkomunikasi dan melakukan fungsi lainnya.  Hanya elegan dan memukau dalam pandangan.

Begitulah manusia tanpa dzikir, dia hanya golondongan daging berbalut busana. Pamer kesana kemari, namun tidak memiliki fungsi kemanusiaan. Namun sebaliknya, bagi mereka yang terus berada dalam dzikrullah  dia akan selalu berada di puncak kualitas kemanusiaan yang tinggi.

Intinya dzikir  adalah bagian dari uapaya meningkatkan kualitas kemanusiaan. Makin sering dan lekat dzikir pada kehidupan kita, maka makin tinggi kualiatas kemanusiaan kita. Sehingga kita akan menjadi manusia yang peka pada persoalan kemanusiaan.

Dengan demikian indikator dzikir bukan hanya terletak pada seberapa sering seseorang melafadzkan kalimat dzikir. Indikator itu ada pada sikap kemanusiaan. Berkata dan berbincang-bincang yang baik-baik, jujur, tidak menabar hoak dan tidak mencemooh bisa jadi adalah bentuk dzikir  dalam kehidupan nyata. Sudah sampai manakah   dzikir kita?. Mari introspeksi.

*Disarikan dari pengajian Shubuh Pagi di Masjid Al-Istiqomah Jl. Karya Perdamaian Kab. Kubu Raya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar