Memasuki tahun 2000-an keberadaan IKBAL secara simbolik makin menguat, hampir di setiap daerah di negeri ini bermunculan. Kegiatan keakraban, silaturahmi dan pengajian bermuculan silih berganti.
Sebagai awal tumbuhnya suatu perkumpulan, kegiatan-kegiatan tersebut dirasa cukup baik daripada tidak sama sekali. Sampai saat ini pergerakan kultural ala pesantren terus berdenyut lebih kencang terlebih setelah para kiyai turun ke setiap daerah.
Memasuki era digital dan medsos, keakraban makin intens. Berbagai group medsos tumbuh, mulai dari yang paling populer seperti Facebook dan Whatsapp sampai yang sudah mulai ditinggalkan seperti Yahoo hampir dimiliki oleh setiap korda IKBAL di seluruh tanah air.
Pada group-group digital itulah obrolan mulai dari sekadar haha-hihi, setengah serius sampai pada saling mengkultuskan pendapat kerap menjadi warna dari isi group obrolan tersebut. Sesekali memunculkan perdebatan yang sengit, hingga ada yang harus walkout, walau kemudian tetap masuk lagi ke group.
Dinamika lainnya secara faktual banyak pilihan kegiatan. Beberapa ada yang sekedar Kopdar, kemudian yang paling populer adalah khotmul Quran. Bahkan gerakan khotmul Quran agak ditarik dan dikemas kekinian dengan sebutan khotmul Quran maya dengan cara bagi-bagi list Juz yang akan dibaca oleh setiap peserta. Menarik dan sah-sah saja.
Namun demikian, performa eksotis gerakan IKBAL tidak sepenuhnya sempurna. Sisi kejenuhan, kegerahan dan bahkan apatisme beberapa alumni juga tidak dapat dinafikan. Sebagai contoh, IKBAL Kalbar dengan prediksi ratusan alumni yang mendiami Kalbar namun yang muncul hanya kisaran 20-an, baik maya maupun faktual. Kegiatan khotmul Quran bulanan tidak pernah dihadiri Full anggota.
Indikasi kejenuhan itulah mau tidak mau harus menjadi bagian kegelisahan kita semua. Bisa jadi persolannya terdapa pada alumni itu sendiri atau jangan-jangan memang ada yang kurang menarik pada gerakan IKBAL itu sendiri.
Mungkin apatisme dan kegerahan tersebut di atas juga hampir terjadi di setiap korda IKBAL di seluruh Indonesia. Beberapa kali silnas telah dilakukan oleh IKBAL pusat namun sampai saat ini belum mampu menjadi pelipur apatisme yang berkembang.
Berdasar kegelisahan dan dengan usia IKBAL yang sudah tidak muda lagi nampaknya perlu ada urun rembug yang efektif untuh mengarahkan pergerakan IKBAL ke depan.
Sekedar masukan, sektor ekonomi, budaya dan politik saya kira sangat menarik untuk kita jadikan terminal pergerakan IKBAL ke depan. Namun demikian, ini sekedar usulan awal, selanjutnya masukan konkret dari para senior dan rekan-rekan semua tentu sangat dibutuhkan.
Pertanyaannya, kemana arah gerakan IKBAL selanjutnya?. Ayoo kita bicarakan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar