Rabu, 20 Desember 2017

Ali dan Aisyah; Kehebohan, Espektasi dan Kekhawatiran


Ali dan Aisyah sebuah novel karya alumni TMI Putri (istilah yang dipoulerkan KH. Moh. Idris Jauhari pasca pengakuan dari pemerintah tahun 2000, setelah sebelumnya dikenal dengan sebutan
TMaI).

Novel bergenre remaja santri ini cukup membuat heboh dunia maya, setelah penulisnya merilis beberapa potongan dari isi novel tersebut di laman Facebooknya. Terlihat sejumlah komentar yang hiruk pikuk bahkan beberapa diantara komentatornya nampak baper.

Potongan cerita itu sengaja dibuat berseri, mungkin sekedar ingin membuat calon pembacanya penasaran terhadap cerita yang sesungguhnya dalam novel tersebut. Suatu strategi yang terbilang sangat mujarab untuk mengenalkan suatu karya perdana bagi penulisnya yang bernama Endang Kartini dalam akun Facebooknya.

Alumni TMI tahun 2003 ini memang belum sama sekali mengeluarkan karya apapun. Namun demikian, beberapa informasi dari  komentator di laman FB yang bersangkutan diketahui bahwa Endang Kartini sudah sejak lama menggeluti dunia tulis menulis, khususnya sastra.

Disampaikan oleh salah seorang komentator bahwa penulis novel Ali dan Aisyah juga memiliki setumpuk tulisan lainnya yang tersimpan rapi di hardisk miliknya. Namun karena kendala kerusakan pada memori penyimpanan tersebut rusak, sejumlah karya tulis tersebut juga ikut lenyap.

Musibah tersebut rupanya tidak menyurutkan semangat menulis ibu satu anak dari suami sealmamaternya, bahkan karya Ali dan Aisyah ini bisa jadi sebagai titik tolak kembalinya Endang Kartini ke dunia tulis menulis.

Novel yang memiliki tebal 500 halaman ini bukan hasil dari bim salabim sekali tepuk langsung jadi. Setidaknya pengakuan dari salah satu komentator di atas menjadi catatan dari perjalanan sejarah tulis menulis dari Endang Kartini.

Novel Ali dan Aisyah konon dipersepsikan oleh sejumlah komentator merupakan adaptasi dari kehidupan nyata dari penulisnya. Namun penulisnya tetap bersikukuh bahwa novel tersebut murni fiksi dan bukan sama sekali terkait dengan dirinya.

Antara fiksi dan adaptasi kehidupan nyata inilah yang semakin menjadikan novel ini menghebohkan dunia maya. Espektasi kehebohon itu benar-benar telah membuncah dengan banyaknya pesanan dari calon pembacanya.

Satu hal yang mungkin juga jadi kekhawatiran, jangan sampe kehebohan tersebut menjadi puncak klimaks. Kehadiran novelnya secara lengkap semoga lebih mempesona dari sekadar penggalan episode pada postingan di FB penulisnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar